IoT Kok Offline? Mengungkap Realita dan Harapan Baru untuk Komunitas IoT di Indonesia

Di Indonesia ada isu menarik yang sering menjadi perdebatan di kalangan pegiat teknologi, khususnya Internet of Things (IoT). Salah satu pertanyaan yang kerap muncul adalah: "IoT kok offline? Bukannya harusnya online terus?"
Pandangan umum di masyarakat seringkali menganggap bahwa IoT harus selalu terhubung ke internet agar bisa berfungsi. Wajar saja, istilah Internet of Things memang mengandung kata "internet". Namun, dalam praktiknya, anggapan ini tak selalu sejalan dengan kenyataan di lapangan. Banyak proyek IoT mengalami kendala serius ketika koneksi internet terputus. Mulai dari perangkat yang gagal kirim data, sistem yang berhenti beroperasi, hingga hilangnya kontrol pengguna terhadap perangkat. Hal ini diperparah dengan ketergantungan pada layanan cloud yang tidak hanya mahal karena sistem berlangganan, tetapi juga menimbulkan kekhawatiran soal keamanan dan privasi data.
Faktanya, IoT tidak harus selalu bergantung pada koneksi internet. Ada banyak alternatif komunikasi yang bisa dimanfaatkan untuk menjaga agar perangkat tetap bisa beroperasi, bahkan tanpa sinyal WiFi atau paket data. Beberapa di antaranya seperti Bluetooth Low Energy (BLE), LoRa, jaringan Helium, hingga sistem komunikasi berbasis radio frekuensi (RF). Selain itu, konsep edge computing juga mulai banyak diadopsi. Dengan pendekatan ini, data dapat diproses langsung di perangkat tanpa harus dikirim ke server cloud. Hasilnya, sistem menjadi lebih cepat, hemat biaya, dan tetap dapat berjalan meski koneksi internet tidak tersedia.
Upaya membangun ekosistem IoT yang tangguh terhadap gangguan koneksi ini menjadi harapan besar bagi komunitas teknologi di Indonesia. Dalam konteks lokal, tantangan seperti infrastruktur jaringan yang belum merata dan biaya operasional yang tinggi harus dihadapi dengan solusi yang kreatif dan berkelanjutan.
Dengan meningkatnya kesadaran akan pentingnya arsitektur IoT yang lebih fleksibel dan aman, diharapkan komunitas IoT di Indonesia dapat bergerak ke arah yang lebih inklusif dan adaptif. Tidak hanya sekadar mengikuti tren global, tetapi juga membangun solusi yang relevan dengan kebutuhan dan tantangan lokal. IoT tidak hanya tentang koneksi, tapi tentang keberlanjutan, efisiensi, dan kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan. Dan di situlah tantangan – sekaligus peluang besar – bagi generasi inovator berikutnya.
RA | Surabaya, 14 April 2025